Raga yang Hilang
| (Ini Kisah Perjalanan Penulis Menjajahi 3 Negara Tetangga dengan Lika Liku Perjalannya) |
Pagi yang sejuk pada
lintasan terbang yang masih ditutupi embun kerinduan.
Entah
bagaimana menikmati warna langit yang tampak bersahabat waktu itu.
Terlelap dalam buaian
sendu 2 jam perjalanan yang sangat senyap.
Tak lama setelahnya kita sampai
pada dunia yang 2 jam lebih cepat dari
dunia sebelumnya.
Ini Negeri yang
orang-orang sebut sebagai Negeri Jiran.
Orang, Budaya, Sosial,
Bahasa, Tingkah laku, dan segalanya hampir taka da yang berbeda dengan kampung
halaman ku.
Aku belum berani keluar
mencari kemana aku berada.
Banyak hal yang bekabung
dalam kepungan pepohonan sawit dan getah.
Banyak waktu yang
dihabiskan dalam mesin penghantar dengan diam.
Aku takut untuk mencoba
lebih jauh.
Sepanas udara yang
perlahan menghantarkan rintik hujan.
Dibawah bendera negeri
malaka.
Ku sisipkan salam untuk
kamu yang membuat semua hal terasa indah.
Membuat setiap senyum
yang menghanyutkan pandangan.
Bersama lantunan adzan
ashar di Masjid Selat Malaka.
Ku tutup hari dengan
kesan yang biasa-biasa saja.
Hari itu cuaca selalu bertudung pada udara kedinginan.
Hei Tuan,
Aku masih menunggu segalanya tentang dirimu.
Cuaca membebani setiap langkah yang kita lalui hari ini.
Dibawah rintik hujan Singapura.
Ku susuri mimpi dari negeri jiran hingga negeri singa.
Semakin kau mengejar bahagia dekat bersamu, semakin jauh engkau berlari mambagi jarak diantara kita.
Dan yang telah engkau perjuang-juangkan, apa yang telah engkau damba-dambakan, kini hany sebutir abu , pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal dan kembali tanpa rasa penyesalan.
Kepada langit malam negeri malaka.
Bawa dia pada dirinya yang aku kenal.
Tak apa berubah asal ia tahu arah jalannya untuk pulang.
Sementara terbuai oleh sunyinya kota ini.
Ragaku mati menghantar roh ini berpindah kearah alam bawah sadar yang tak terkendalai.
| (Pura-Pura Bahagia itu Capek) |
Kau tak tahu rasanya sendiri ?
Kau tak tahu rasanya ditinggal pergi ?
Kau tahu rasanya sendiri dalam kegelapan lalu kau datang dan pergi ?
Waktu itu aku selalu berharap kita punya waktu untuk becerita.
Dan aku yang kehilangan banyak kepedeulian untuk hal yang tak pasti.
Aku lelah untuk pura-pura bahagia di depan banyak tatapan muka.
Bukan karena semua orang sepertimu yang tuli
Malam itu engkau hilang bersama kerumunan orang-orang disana.
lalu aku mulai menyadari rasa sepi itu harus dibayar sebuah kesetiaan.
Kau takan pernah tahu malam itu ku titipkan seseuatu pada teman sekamar mu.
ku kira itu bisa menjadi pembalas dendam atas rasa yang tak karuan ini.
dan ketika aku membeci sesuatu yang tak pernah aku harapkan.
aku menyia-nyiakan waktu untuk menunggu datang nya orang yang ragu dalam kepribadaian.
Kini adalah tiba waktu perjalanan ku.
Ragaku yang hilang terbawa oleh sakit yang waktu itu tak pernah ku harapkan.
ini bukan aku, diam, lemah, tak berdaya, hingga diselimuti panas yang melumpuhkan.
Dan untuk waktu dimana aku benar-benar membutuhkan mu.
Engkau sudah benar-benar lupa bahwa aku pernah ada di sebelah-mu.
Komentar
Posting Komentar