Panggung Teater



Selasa, 06 Desember 2016

Setelah sekian lama menunggu kini akhirnya waktu itu telah tiba.
Sesekali kita berjumpa untuk bertegur sapa atau hanya mengangkat sebelah alis dan tersenyum seketika.
Maaf bila malam ini kita bertemu dalam sebuah kebohongan.
Hanya ini salah satu cara agar kita bisa bertemu dan mengisi waktu sembari mendiskusikan hal-hal yang dapat mengibur diri.
Maaf membuat mu meninggalkan sebuah tanggung jawab hanya untuk sebuah janji.
Andai ketika itu kau tahu akan kebohongan tentang panggung teater malam itu, aku takut kita takan pernah bertemu ditengah keramaian ibu kota ini.
Malam itu aku merasakan kehadiranmu begitu dekat.
Diantara secangkir kopi dan jeruk peras hanggat dalam penantian singkat.
Bahkan dalam gelapnya gedung teater yang hanya terfokus pada beberapa sosok pemain pantomime diatas panggung kecil.
Berjalan menelusuri gemerlap malam hingga tersadar akan waktu yang berbisik pada malam yang telah larut.
Malam itu bahkan terasa singkat hingga diujung  jalan kita harus mengucapkan selamat tinggal untuk yang kesekian kalinya.
Haruskah ?
Bahkan ketika aku telah terlarut dalam sebuah rasa nyaman yang seketika menutup setiap lembar akan masalah-masalah yang sedang aku hadapi hingga menguras air mata.
Bagaimana mungkin kini aku terjebak dalam rasa yang salah.
Bodoh !
Tentang bagaimana kau mengorbankan segalanya yang terjadi malam itu karena sebuah janji.
Sulit untuk mengerti bagaimna harus mengartikan setiap frekuensi yang kau rasakan.
Aku takut ini takan bertahan dalam waktu yang lama.
Bahkan ketika kau suatu hari kau membaca tulisan ini hingga keadaan akan merubah segalanya.
Hilang dalam jarak yang nyata.
Tenggelam dalam setiap pesan kerinduan.
Namun bagaimana mungkin aku melupakan malam ini, yang telah menyampaikan pesan rindu sepenuhnya kepada sang malam.
Waktu yang lebih berharga dari segalanya dalam pengorbanan dan pemberontakan.
Ketika lelah dalam menghadapi keidupan kampus hijau.
Ketika tak kan pernah ada orang-orang yang akan mengerti.
Bersama malam kita berbisik  tentang bagaimana sekarang mengerti cara tersenyum dalam setiap masalah yang sedang dihadapi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kinang Kilaras

Aku dan Yogyakarta

Maaf Membuatmu Kecewa