Awal Perjalanan Menulis Opini
Pentingnya Metode Berfikir Inovatif dalam Kreativitas Berkarya Seni
oleh: Arbi Ntan Era Komala
"Esai terbaik I dalam Pekan Prestasi Mahasiswa 2017"
Oke readers, pada kesempatan kali ini saya akan membagikan hasil esai yang saya buat untuk mengikuti lomba pekan prestasi Mahasiswa yang diselenggarakan oleh BEM PBSI UNJ dan menjadikan esai ini sebagai terbaik I dalam ajang tersebut.
singkat cerita, ini adalah awal saya menyukai dunia baru yang membawa pendalaman diri sendiri yang lebih jauh dan berbeda terhdapa potensi yang kita miliki. semenjak saat ajang ini lah saya mulai belajar mengenai banyak hal, dari apa yang tidak pernah yang ketahui sebelumnya.
"Menjadi Lebih Beda, lebih baik dari pada Menjadi lebih baik"
Selamat Membaca, Saya menerima jika readers memiliki masukan untuk tulisan saya ini.
Pertumbuhan jiwa seni pada setiap diri manusia
berbeda-beda, tergantung pada lingkungan yang kondusif dan peran orang tua.
Pengaruh tersebut menyebabkan jiwa seni yang dimiliki oleh setiap individu
tersebut berbeda-beda intensitas dan kualitasnya. Dengan demikian proses kratif
akan terjadi bila kegiatan pembelajaran dikondisikan dalam aktivitas kerja sama
serta memiliki keberanian dalam merefleksikan sikap kreativitas yang mumpuni.
Hubungan manusia dengan kebudayaan dijelaskan Hari
Poerwanto (2000:50) “Bahwa manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak
terpisahkan, sementara itu pendukung kebudayaan makhluk manusia itu sendiri.
Sekalipun makhluk manusia akan mati, tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan
diwariskan pada keturunannya, demikian seterusnya”.
Kroeber dan Kluckhohn (dalam Endaswara, 2006:4)
menyebutkan difinisi kebudayaan dapat digolongkan menjadi tujuh hal, yaitu
pertama, kebudayaan sebagai keseluruhan hidup manusia yang komplek, meliputi
hukum, seni, moral, adat istiadat dan segala kecakapan lain, yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Kedua, menekankan sejarah kebudayaan yang memandang kebudayaan
sebagai warisan tradisi. Ketiga, menekan kebudayaan yang bersifat normatif,
yaitu kebudayaan dianggap cara dan aturan hidup manusia, seperti cita-cita,
nilai dan tingkah laku. Keempat, pendekatan kebudayaan dari aspek psikologis,
kebudayaan sebagai penyesuaian diri manusia kepada lingkungan sekitarnya.
Kelima, kebudayaan dipandang sebagai struktur yang membicarakan pola-pola dan
organisasi kebudayaan serta fungsinya.
Keenam, kebudayaan sebagai hasil perbuatan atau kecerdasan. Ketujuh, definisi
kebudayaan tidak lengkap dan kurang bersistem.
Seni sebagai ungkapan kreativitas manusia akan tumbuh
dan hidup apabila masyarakat masih memelihara dan mengembangkannya sampai
lahirnya budaya baru dari kesenian tersebut. Seni sebagai produk budaya yang
selalu berhadapan dengan masyarakat, karena kesenian selalu memberikan pesan
atau amanat tentang kehidupan. Sehingga karya seni yang diciptakan mampu
berkomunikasi dengan penikmatnya. Pada dewasa ini, melaui pengaruh dari
aspek-aspek kebudayaan yang berkembang pesat melalui keterbukaan pengalamaan
dengan kemudian mengubah karsa cipta seorang individu, akankah proses
kreativitas tehadap sebuah karya seni tidak memiliki keterkaitan dengan proses
berfikir inovatif dalam menghasilkan suatu karya baru yang berasal dari
kontruksi ide serta penekanan pada nilai gunanya ?
Karya seni yang dapat berkomunikasi dengan penikmatnya
adalah karya seni yang memiliki nilai mencakup keseluruhan kehidupan manusia.
Kesenian itu sendiri merupakan proses kreativitas manusia yang tidak pernah
lepas dari konteks budaya sehingga proses kratif berkarya seni dalam konteks
budaya mudah dinikmati oleh masyarakat dibandingkan dengan konteks lainnya.
Kata
kreatif bukan merupakan hal yang asing kita dengar. Kata kreatif sering berkaitan
erat dengan proses dalam berkarya seni. Tari merupakan salah satu bidang seni
yang dapat dijadikan sebagai objek kreativitas yang tinggi untuk menghasilkan
karya seni yang baik. Menyusun karya seni dapat menggunakan pembendaharaan ide
melalui pengalaman dan kemampuan seseorang baik secara teoritis maupun praktik
sehingga bisa dijadikan bekal dalam mewujudkan konsep kreativitas berkarya
seni.
Kreativitas merupakan suatu kemampuan untuk melatih
cara berpikir yang baru sekaligus sebagai kebutuhan dan sumber pengembangan
menuju ke arah pembaharuan. Dalam berkarya seni proses kreativitas tidak muncul
begitu saja, tetapi melalui tahapan-tahapan diantaranya yaitu eksplorasi,
dimana pada tahap ini terjadi proses berfikir, imajinasi merasakan dan merespon
dari suatu objek yang akan dijadikan sebagai bahan karya seni, tahap kedua
adalah improvisasi, dimana pada tahap ini terjadi proses spontanitas karena
memiliki kebebasan dalam hal-hal yang bentuknya sederhana kemudian dikembangkan
menjadi suatu hal yang baru, dan yang terakhir adalah komposisi, dimana pada
tahap ini terjadi proses menata dan mengatur bagian-bagian secara rinci satu
dengan lainnya sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini,
perkembangan teknologi menyebabkan tehambatnya proses daya cipta seseorang
tehadap gagasan atau konsep baru yang signifikan. Hal yang demikian itu tejadi
karena seorang individu mengalami sebuah ketergantungan tehadap teknologi
sehingga mengakibatkan kecenderungan bagi seseorang dalam berfikir sangatlah
dangkal. Perkembangan kreativitas pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari diri individu itu
sendiri. Faktor ini meliputi keterbukaan, locus
of control yang internal, kemampuan untuk bermain atau bereksplorasi dengan unsur-unsur, bentuk-bentuk,
konsep-konsep, serta membentuk inovasi-inovasi baru berdarkan hal-hal yang
sudah ada sebelumnya. Selanjutnya adalah faktor Eksternal, merupakan faktor
yang berasal dari luar diri individu itu sendiri. Faktor ini meliputi keamanan
dan kebebasan psikologis, saranan atau fasilitas terhadap pandangan dan minat
yang berbeda, adanya penghargaan bagi orang yang kratif, adanya waktu bebas
untuk bereskpresi, dorongan untuk melakukan eksperimen baru, serta dorongan
untuk mengembangkan fantasi kognisi dan inisiatif terhadap individual.
Pada umumnya konsep kreativitas dibagi kedalam empat
jenis dimensi yang saling berkaitan sebagai Four
P’s Creativity, yaitu dimensi pribadi
(Person) kreatif yang melibatkan diri
dalam proses (Process) kreatif, dan
dengan dorongan maupun dukungan (Press)
dari lingkungan sekitanya sehingga menghasilkan produk (Product) kreatif.
Kreativitas sebagi pribadi (Person) dikatakan sebagai upaya untuk mendefinisikan proses kratif
yang berfokus pada diri individu itu sendiri. Pada dimensi ini dibutuhkan
ungkapan unik melalui interaksi individual, perasaan, sikap serta prilaku
pribadi individu tersebut tanpa terikat pada nilai dan norma yang umumnya
berlaku untuk menciptakan suatu karya baru inovatif yang bersifat mandiri. Lain
hal nya Kreativitas sebagai proses (Process)
karena dapat dikatakan sebagai upaya mendifinisiakan proses kreatif yang
berfokus pada tahapan-tahapan berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik dan
inovatif. Dalam kreativitas dimensi ini yang dilihat adalah tahapan-tahapan
yang menjadi pokok tujuan menuju hasil akhir dari kreativitas tersebut. Proses
kreatif ini sendiri dibentuk sebagai muculnya tindakan dalam suatu produk baru
yang tumbuh dari keunikan individu dan dari kejadian orang-orang serta keadaan
hidupnya dilain pihak.
Dalam kreativitas sebagai dorongan (Press) dapat dikatakan sebagai
pendekatan prilaku kreatif yang menekankan faktor dorongan baik dari diri
sendiri (internal) berupa hasrat dan keinginan untuk mencipta atau bersibuk
diri secara kreatif, maupun dorongan yang berasal dari luar diri individu
tersebut berupa dukungan dari lingkungan sosial dan psikologis. Namun berbeda
dengan kretivitas dalam dimensi produk (Product)
yang dikatakan sebagai upaya yang berfokus pada produk atau hasil kahir yang
dihasilkan oleh seorang individu tersebut baik sesuatu yang baru atau original
maupun sebuah elaborasi atau penggabungan yang inovatif.
Secara keseluruhan hal yang berkaitan dengan proses
kreatif merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah proses inovasi
yang merupakan hasil pengembangan dan pemanfaatan pengetahuan, keterampilan,
dan pengalaman untuk menciptakan hal-hal baru yang memberikan nilai berarti
secara signifikan. Kedua hal ini saling berkesinambungan dalam kemampuan untuk
membuat kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar
unsur, data, maupun hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Secara umum, ada
beberapa pandangan mengenai hubungan kreativitas terhadap proses pemikiran
inovatif dalam diri seorang individu yang menghasilkan karya-karya baru maupun
karya dari hasil pengembangan.
Pandangan pertama yaitu dari pandangan behaviorisme
yang menyatakan bahwa proses kreativitas bukan merupakan hasil dari inisiatif
individu tanpa pengaruh lingkungan melainkan merupakan kemampuan genetik yang
berkembang karena pengaruh yang diterima individu tersebut dari lingkungan
sekitarnya melalui kemampuan dalam memberdayakan pikiran dan sumber daya yang
ada di sekelilingnya untuk menghasilkan suatu karya yang benar-benar baru dan
orisinil, serta bermanfaat bagi banyak orang. Pandangan kedua adalah pandangan
psikoanalisa yang menyatakan bahwa kreativitas pada dasarnya merupakan bagaian
dari kepribadian seseorang sehingga setiap individu memiliki kemampuan berfikir
yang inovatif terhadap suatu hal dengan konteks dan takaran yang berbeda-beda.
Kalangan psikoanalisa ini memandang bahwa kemampuan kreativitas seseorang
berasal dari proses pelepasan kontrol ego yang dihasilkan dari ambang sadar
manusia secara bebas.
Pandangan ketiga adalah pandangan dari kalangan
humanistik yang menyatakan bahwa sebuah proses kratif sebagai salah satu aspek
kepribadian yang berkaitan dengan aktualisasi diri dimana setiap proses kraetif
dihasilkan melalui kemampuan imajinasi dan stimulus dalam usaha-usaha
menciptakan ide-ide asli yang secara adiptif jelas fungsi kegunaannya secara penuh
untuk berkembang. Pandangan terakhir mengenai hubungan kreativitas dengan cara
berfikir yang inovatif adalah pandangan kognitif yang menyatakan bahwa
kreativitas merupakan suatu proses mental yang terjadi pada waktu manusia
memahami lingkungannya dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya
melalui proses berfikir yang menghasilkan gagasan dan solusi di luar bingkai
konservatif.
Dari pandangan-pandangan diatas dapat dikatakan bahwa
cara berfikir inovatif itu sangatlah diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
salah satunya melalui proses kreativitas yang terjadi pada setiap individu.
Kedua hal tersebut memiliki porsi dan peran yang relevan dalam setiap
perkembangan dalam diri individu termasuk dalam bidang penciptaan karya. Dalam
berkarya seni suatu proses kreatif berasal dari akualisasi pribadi yang positif
dalam berfikir secara inovatif untuk menghasilkan suatu karya yang berkualitas
dengan meminimalisir hambatan-hambatan dalam tahapan pengembangannya. Secara
rinci dijelaskan bahwa proses kreativitas tidak dapat terjadi tanpa adanya
pemikiran yang inovatif karena dalam setiap karya seni yang baru membutuhkan
aspek fleksibelitas dimana seorang individu mampu menyikapi ide-ide yang
manjadi pokok pembaharuan konsep yang memiliki keunikan tersendiri.
Dalam kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari
kemampuan berkarya seni. Sejak lama manusia menyadari adanya kekuatan dibalik
setiap estetika dan harmoni dalam berkesian. Ada keyakinan bahwa seni memiliki
kekuatan untuk mempengaruhi jiwa dan mengubah seluruh peradaban manusia.
Sepanjang sejarahnya, manusia telah menciptakan karya seni untuk segala
peristiwa besar dalam peradabannya, baik peristiwa khusus yang terjadi di
lingkungan komunitasnya maupun untuk kepentingan yang lebih luas.
Teori Triune
Brain yang digagas oleh Dr. Paul MacLean menyebutkan bahwa sebenarnya otak
manusia terdiri dari tiga bagian pada saat melakukan proses kreativitas dalam
berkarya seni , yakni otak terkecil (5% dari besar otak manusia) berupa otak
dengan formasi yang rumit, merupakan bagian yang mengatur proses tubuh yang
bergerak secara otomatis seperti pernafasan dan detak jantung, serta kebiasaan
yang bersifat otomatis lainnya. Otak kedua (10% merupakan bagian yang
mengendalikan emosi, ingatan, dan produksi kelenjar/hormon. Otak Besar (85%)
memfasilitasi proses berfikir baik secara inovatif maupun konservatif.
Dari sejumlah hasil penelitian diperoleh informasi
yang menggugah perhatian kita, bahwa kemampuan seseorang dalam berkarya seni sangat
berkaitan erat dengan kemampuan akademik seseorang. Sembilan puluh persen
individu yang belajar pada sekolah yang menerapkan program seni secara insentif
menunjukan kemampuan berbahasa diatas rata-rata. Hal ini terjadi karena adanya
keterkaitan antara proses berfikir inovatif terhadap proses penyerapan daya
ingat melalui kinerja otak kanan dan kiri yang terjadi secara signifikan.
Di antara empat puluh orang pelajar berumur sekitar
14-17 tahun ditemukan ada tiga kelompok dari tiga negara yang memiliki nilai
akademik tertinggi pada sebuah sekolah science
di Amerika. Diketahui ketiga negara tersebut adalah Hongaria, Belanda, dan
Jepang. Perlu diketahui bahwa Hongaria sejak tahun 1960-an telah menerapkan
sistem pendidikan seni pada kurikulum pendidikan nasionalnya mulai dari sekolah
taman kanak-kanak hingga tingkatan lanjutan atas dengan metode atau sistem
Kodaly dalam pencapaian peningkatan kemampuan-kemapuan yang kompleks. Menyusul
Nederland pada 1968, dan Jepang pada tahun selanjutnya.
Fakta menarik lainnya adalah ternyata sebagian besar
ilmuan yang bekerja di Silicon Valley
(tempat bekerjanya para ilmuan penemu, pengembang dan produksi program-program komputer
di San Fransisco, USA) adalah orang-orang yang menekuni bidang seni baik
sebagai penikmat maupun penggagas seni tersebut. Laporan lain menyebutkan bahwa
sekolah-sekolah yang menghasilkan alumnus dengan kemampuan akademik yang tinggi
di negeri Paman Sam telah menghabisakan 20% hingga 30% waktu setiap harinya
untuk aktivitas berkesenian. Hal ini membuktikan bahwa adanya keterhubungan
antara seni dengan peningkatan kemampuan akademik seseorang melalui akualisasi
penalaran dalam proses pengembangan kreativitas.
Dalam teori Multiple
Intelligences yang dikembangkan Gardner pada tahun 1980-an, memperkuat
pendapat bahwa seni mempunyai fungsi dan berpengaruh dalam mengembangkan
intelegensi dan kreativitas seorang individu. Teori ini memberikan wacana yang
lebih luas dalam memandang seorang individu secara holistic. Teori Gardner ini
berpendapat bahwa setiap diri individu tidak hanya memiliki kemampuan berpikir
logika saja, namun masih terdapat kemampuan berpikir lainnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan kreativitas dan cara berfikir seorang individu
anatara lain melalui Musical
Inteliegence, Bodily-Kinesthetic Intelligence, Visual Intelligence,
Interpesonal Intelligence, dan Intrapersonal Intelligence.
Dari permasalah yang telah dijelaskan dengan
bukti-bukti yang kuat mengenai adanya hubungan antara cara berfikir inovatif
melalui pengembangan divergen dan konvergen terhadap proses kreativitas dalam
berkarya seni melalui hasil-hasil yang signifikan tentang adanya pengaruh
hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan akademik. Hal ini berkaitan dengan
adanya keterkaitan antara proses berfikir inovatif terhadap proses penyerapan
daya ingat. Dalam proses berkarya seni dibutuhkan kemampuan yang mencerminkan
kelancaran, keluwesan (fleksibelitas), dan originalitas dalam berfikir, serta
kemampuan untuk mengelaborasi melalui pengembangan dengan memperkaya, dan
memperinci suatu gagasan. Dalam membantu mewujudkan kreativitas, perlu dilatih
keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadi individu itu dengan diberikan
kesempatan untuk mengembangkan bakat salah satunya dalam bidang seni. Untuk menumbuhkan
motivasi interistik dalam berkarya seni, sebaiknya diberikan kebebasan berfikir
secara inovatif sehingga dorongan kearah kreativitas menjadi semakin kuat.
DAFTAR
PUSTAKA
Ayan, Jordan E. (2002). Bengkel Kreativitas. Yogyakarta :
Bentang Pustaka
Thomas Vincent. (1964). Creative in The
Art. London: Prentice Hall
Komentar
Posting Komentar