HALLO PAK KETOS

"Aku yang kau suruh melantangkan Pancasila di atas Panggung"

Jika kau membaca catatan ini, entah sengaja maupun tidak, tapi kurasa dalam kepercayaanku, engkau tak akan pernah membaca catatan ini.
Saat menulis hal-hal dibawah ini, entah mengapa hari itu aku sedang Rindu melihat mu menunggu di halaman sekolah membuat semua siswa baru berlarian kalang kabut.
Ini hanya sebaris kisah tentang masa awal SMA yang kelam.
Berawal dari masa dimana hanya ada aku dan beberapa senior itu di ruangan.
Tugas ku mencari nama dan tanggal lahir mereka untuk dikumpul di hari pertama sekolah.
Semua baik sebelum aku menuliskan argument kecil di branda facebook mengenai penugasan ini.
Pagi itu aku terkurung bersama anteng-anteng si tuan jingga.
Mendekam dan seolah meraut keberanian ku.
Bulan suci itu bahkan hanya memperhalus, tak mampu menolong sejauh yang aku harapkan.
Ku haharap semua siswa membenci datangnya hari itu.
Bahkan hingga aku membenci semua isinya.
Di atas panggung waktu itu, ku lihat dia berdiri dengan wibawa dan keangkuhan.
Dia Si Tuan Jingga, Ketua Osis yang menjadi akar seluruh kebencian ini.
Aku tidak pernah berharap ingin tahu banyak tentang nya.
Entah mengapa sikap itu mengecoh ke segala sudut pikiran.
PANCASILA !
Satu, Ketuhanan yang Maha Esa.
Dua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Tiga, Persatuan Indonesia.
Empat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan.
Lima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia.
Dan untuk pertama kalinya hari itu aku membenci Pancasila.
Bukan aku membenci negeri dan tanah air ku, tapi aku membenci bagaimana mereka membuatku menahan malu dengan hal tersebut.
Kepada mu Si Tuan Jingga,
Hari itu aku gugup karena mu.
Hari itu aku tak pernah lari dari ketakutan ku.
Hari itu aku belajar izin lewat di depan mu.
Hari itu awal dari kebencian ku terhadap jabatan mu.
Tak sempat ku mengerti, ku harap tiga hari berlalu bergitu cepat.
Bahkan tentang cerita kau tertawa, memaki, membentak, hingga membanting mental ini.
Tentang bagaimana sikap duduk siap.
Tentang bagaimana menyapa kakak kelas.
Tentang bagaimana meminta izin pada makanan dan minuman.
Tentang bagaimana korsa terhadap teman di sebelah mu.
Tentang bagaimana disiplin waktu itu di butuhkan.
Dibalik semua ini, perlahan aku belajar mengerti situasi yang terjadi.
Aku suka ketika kau bertanya “kamu gak mau ikut PASKIB ?”
Aku suka ketika kau menjadikan ku harry potter dengan sapu lidi nya.
Aku suka ketika kau bilang untuk semangat dalam belajar.
Aku suka ketika kau bilang Tempoyak pada semua orang.
Satu tahun harus menjadi nano-nano rasa yang tak pernah bisa dirumuskan
Aku harus suka atau Aku harus benci.
Dan percayalah di akhir kelulusan mu aku merasa ada yang hilang dari sekolah itu.
Orang yang paling di benci setiap sabtu pagi.
Orang yang di segani setiap arah membawanya pergi ke kantin.
Tak kulihat lagi di tahun kedua aku berdiri di sekolah itu.
Jika kau masih ingat pesan elektronik di waktu itu.
Disaat kita diantara dua pulau yang berbeda.
Saat itu aku baru sadar si tuan jingga punya kepribadian yang berbeda.
Aku baru merasakan ramah mu.
Aku baru mengetahu candaan receh mu.
Dan aku ragu apakah kamu benar si tuan jingga itu.
Di sudut pikiran yang menguasai hati.
Aku selalu berharap kau tak pernah berubah.
Bahkan untuk satu, dua, dan tiga tahun kedepan nanti.
Aku selalu ingin tidak lagi melihat mu hanya dari ponsel.
Walau hanya bertemu, tersenyum, menyapa, dan menanyakan kabar.
Kini aku berharap masih memiliki sedikit kesempatan untuk mengatakan ini.
Bahkan dari kejauhan yang tak engkau sadari.
Dengan sapa ku ini membuat mu ingat akan cupu nya aku si adik kelas mu.
“Hallo Pak Ketos !”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kinang Kilaras

Aku dan Yogyakarta

Maaf Membuatmu Kecewa