Postingan

Raga yang Hilang

Gambar
(Ini Kisah Perjalanan Penulis Menjajahi 3 Negara Tetangga dengan Lika Liku Perjalannya) Pagi yang sejuk pada lintasan terbang yang masih ditutupi embun kerinduan. Entah bagaimana menikmati warna langit yang tampak bersahabat waktu itu. Terlelap dalam buaian sendu 2 jam perjalanan yang sangat senyap. Tak lama setelahnya kita sampai pada   dunia yang 2 jam lebih cepat dari dunia sebelumnya. Ini Negeri yang orang-orang sebut sebagai Negeri Jiran. Orang, Budaya, Sosial, Bahasa, Tingkah laku, dan segalanya hampir taka da yang berbeda dengan kampung halaman ku. Aku belum berani keluar mencari kemana aku berada. Banyak hal yang bekabung dalam kepungan pepohonan sawit dan getah. Banyak waktu yang dihabiskan dalam mesin penghantar dengan diam. Aku takut untuk mencoba lebih jauh. Sepanas udara yang perlahan menghantarkan rintik hujan. Dibawah bendera negeri malaka. Ku sisipkan salam untuk kamu yang membuat semua hal terasa indah. Membuat setiap senyum yang men...

Sepahit Air Laut

Gambar
(Dan Aku tidak tahu berapa jarak yang harus kubuat untuk membuatmu nyaman) Sudah kubayar semua hutang rindu pada tanah dimana kuhabiskan masa kecil dan remaja ini. Dari hutan yang pohonnya rindang hingga gersang yang panasnya mematikan. Menembus langit dan melayang menjajaki malam yang tak bersahabat. Seberapa banyak pengorbanan yang kulakukan demi menyapa kampung halaman. Kau tahu aku rindu kepada waktu yang tak pernah menghiraukan perasaan. Ketika banyak waktu yang harus terbuang demi menunggu hal kecil yang tak pasti. Ku bayar janji dengan hati yang telah hilang. Kepada mentari yang membuat kecemburu itu semakin berapi. Separuh raga ini menjadi abu dari luka yang dibawa bersama burung kenari. Bangunlah, fajar telah datang dan engkau hanya diam dalam lamunan. Tolong Katakan pada Dilan, yang berat itu kini tak hanya Rindu. Tahu Kenapa Merpati tidak pernah lari meski dilepas dari sangkarnya ? Sejauh mungkin ia ingin terbang bersama kenangan dan ketakutan....

HALLO PAK KETOS

Gambar
"Aku yang kau suruh melantangkan Pancasila di atas Panggung" Jika kau membaca catatan ini, entah sengaja maupun tidak, tapi kurasa dalam kepercayaanku, engkau tak akan pernah membaca catatan ini. Saat menulis hal-hal dibawah ini, entah mengapa hari itu aku sedang Rindu melihat mu menunggu di halaman sekolah membuat semua siswa baru berlarian kalang kabut. Ini hanya sebaris kisah tentang masa awal SMA yang kelam. Berawal dari masa dimana hanya ada aku dan beberapa senior itu di ruangan. Tugas ku mencari nama dan tanggal lahir mereka untuk dikumpul di hari pertama sekolah. Semua baik sebelum aku menuliskan argument kecil di branda facebook mengenai penugasan ini. Pagi itu aku terkurung bersama anteng-anteng si tuan jingga. Mendekam dan seolah meraut keberanian ku. Bulan suci itu bahkan hanya memperhalus, tak mampu menolong sejauh yang aku harapkan. Ku haharap semua siswa membenci datangnya hari itu. Bahkan hingga aku membenci semua isinya. Di atas pa...