Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

HALLO PAK KETOS

Gambar
"Aku yang kau suruh melantangkan Pancasila di atas Panggung" Jika kau membaca catatan ini, entah sengaja maupun tidak, tapi kurasa dalam kepercayaanku, engkau tak akan pernah membaca catatan ini. Saat menulis hal-hal dibawah ini, entah mengapa hari itu aku sedang Rindu melihat mu menunggu di halaman sekolah membuat semua siswa baru berlarian kalang kabut. Ini hanya sebaris kisah tentang masa awal SMA yang kelam. Berawal dari masa dimana hanya ada aku dan beberapa senior itu di ruangan. Tugas ku mencari nama dan tanggal lahir mereka untuk dikumpul di hari pertama sekolah. Semua baik sebelum aku menuliskan argument kecil di branda facebook mengenai penugasan ini. Pagi itu aku terkurung bersama anteng-anteng si tuan jingga. Mendekam dan seolah meraut keberanian ku. Bulan suci itu bahkan hanya memperhalus, tak mampu menolong sejauh yang aku harapkan. Ku haharap semua siswa membenci datangnya hari itu. Bahkan hingga aku membenci semua isinya. Di atas pa...

Sang Pendusta

Gambar
(Teluk Sebong:2017) Dalam Jenuh aku meratap senja dan bertanya “Dimana Aku Harus Berhenti ?” Sendu Mendayung hingga tangisku tak tersisa Ragu menyelimuti dan membuatku seolah gila Semua orang bertanya arah mana yang benar kepada ku Aku salah dan semua orang pun tersesat Bumi dan langit menjauh dari ku Aku bodoh, buta, tuli, kacau Aku tenggelam dalam kekacauan yang membungkam Sejauh semua orang pergi dan mempertahankan harga diri Aku masih bertahan memperjuangan yang tak pernah menghargai Aku buta karena tak memihak pada mentari Aku tuli karena tak menyahut rintik hujan Aku lumpuh yang di kuasai nafsu dalam rasa bersalah Kini nafas ku hanya di ujung rogga hidung Semua yang ku perjuangkan tak lagi ada di ujung dahi Jika memang hal terbaik datang di akhir senja Ku harap luka tak pernah kembali Kepada mimpi-mimpi yang pernah ku harap tak pergi Kau sebut aku sang pendusta diri Berjuang sendiri meski gagal berulang kali Bertahan disini meski e...

Kinang Kilaras

Gambar
( Dokumentasi Pribadi:2017) LATAR BELAKANG KARYA Seiring dengan perkembangan zaman dimana banyaknya akulturasi terhadap budaya baik yang berasal dari luar maupun dari dalam mempengaruhi kecintaan seseorang terhadap identitas budayanya sendiri salah satunya adalah suku Betawi yang menjadi etnis yang berkembang di wilayah Jakarta. Betawi memiliki keberagaman budaya baik dari musik, tari ,sastra, teater, dan rupa. Tari Topeng Betawi merupakan salah satu tarian popular yang berkembang dalam suku Betawi dan pada pertama kalinya ditemukan oleh Mak Kinang sekitar tahun 1930-an. Dari hal tersebutlah koreografer menciptakan sebuah karya yang merupakan sebuah penghargaan pencipta terhadap sepak terjang salah satu tokoh seniman betawi tersebut.  Kinang kilaras sendiri berasal dari dua kata yaitu kinang  yang berarti nama tokoh betawi (mak kinang) dan kilaras yang berarti selaras SINOPSIS KARYA Karya tari ini menggambarkan sekelompok wanita dengan gerap langkah...

Tumbuh Bersama Ilalang

Gambar
(Dia Ayah-ku, Si Penakluk Hutan Tropis) Ketika awan terbakar hingga langit berlubang Pohon pohon terkapar letih tanpa daya Mata air dahaga diambang kegelisahan Burung burung membisu diantara kenaifan Dalam ruang nafas hamba merintih kesakitan Bergerak atau diam dalam ketakutan Bertindak atau mati dalam kekeringan Oksigen mencekik gemuruh embun surgawi Terkepung ilalang setinggi lumbung penyesalan Bangkit dalam semanjung hasrat kedamaian Menyemai benih bahagia diujung peristiwa Niscaya subur engkau tumbuh bersama ilalang

Purnama Dilangit Jayakarta

Gambar
Kepada malam yang menggelapkan separuh rembulan Menghantar pesan tentang rindu ketergantungan Gelap tak perduli seberapa bahagia atau menyakitkan Berlabuh pada muara kasih yang terlupakan Langit seakan cemburu menyaksikan kisah ini Duduk bercumbu bersama nyiur sunda kelapa Diusik kunang-kunang yang terbang kesepian Menatap kejora diujung ufuk kemesraan Dibawah purnama langit Jayakarta Ku titipkan kisah kita pada malaikat malam Saat jarak mengubah segalanya tentang kasih sayang Antara kota Batavia hingga semanjung pulau Sumatra Kepada purnama dilangit Jayakarta Aku terkurung dalam gelora kerinduan (Jakarta, Bulan Purnama 2016)

Aku dan Yogyakarta

Gambar
(Aku dan Yogyakarta) Capek dan Bosan itu adalah kesan Pertama ku sampe di Yogyakarta Bertemu orang-orang dari Latar dan Watak yang beraneka ragam Aku Denny, Aku Masli, Aku Sharim, Aku Abdul, Aku Renata, semua orang berjaba tangan sambil menyebutkan namanya. Yogya, Makasar, Bekasi, Jakarta, Bandung, Aceh, hampir seluruh daerah tersebut saat itu Diam, Senyum, Manis, dan aku mendengar namanya Himanda Waktu itu aku harap kita satu kamar agar kenal lebih dekat namun durjana mempertemukan ku dengan mereka yang sama sekali tak sejalan ku pikir waktu itu bukan kamar, kurasa berat mengatakannya yang satu Yogya rasa Medan, yang satu tua dan banyak bual, yang satu pamer dan berkesan, dan yang terakhir gondrong, menakutkan, dan kalau bicara aku seperti tuli karena logatnya yang aneh. ada teka-teki tertempel di dinding yang hingga sampai saat ini tak bisa kupecahkan “Anggota Pementor Surya Ramadhan Bengkulu 2017”  itu teka-teki yang kudapat (Senyumin aja sha...